Kisah kehidupan Nenek Hasna, seorang wanita berusia 62 tahun yang tinggal di sebuah rumah sempit berukuran 2×3 meter di Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat, telah menyita perhatian publik. Kondisi rumah yang hanya terdiri dari dua lantai dan dihuni oleh 13 anggota keluarga, termasuk anak, cucu, dan cicitnya, menggambarkan perjuangan keras hidup di tengah permukiman kumuh perkotaan. Artikel ini akan mengulas fakta-fakta menarik dan memilukan tentang rumah Nenek dan kehidupan keluarganya.
Fakta-Fakta Rumah Nenek Hasna
1. Rumah Dibeli dengan Harga Rp1 Juta
Kisah rumah ini dimulai ketika Nenek Hasna dan suaminya membeli bangunan tersebut sekitar 20 tahun yang lalu dengan harga Rp1 juta. Saat itu, rumah tersebut masih berupa bangunan kayu sederhana.
“Tahunnya lupa, rumah masih sejuta (Rp 1 juta). Beli sejuta nggak kayak begini (bentuknya),” ujar Nenek Hasna.
Pada tahun 2016, rumah kayu ini sempat direnovasi menjadi bangunan permanen menggunakan batu bata melalui bantuan renovasi. Namun, kondisi rumah saat ini kembali memprihatinkan. Dindingnya mulai mengelupas, atap bocor, dan lantainya retak. Dengan penghasilan sebagai pengumpul botol bekas sebesar Rp15 ribu per hari, Nenek Hasna tidak mampu memperbaiki rumah tersebut.
2. Dihuni 13 Orang dalam Ruangan 2×3 Meter
Ukuran rumah yang hanya 2×3 meter menjadi tempat tinggal bagi 13 anggota keluarga Nenek Hasna, termasuk anak, cucu, dan cicit. Ruangan yang sangat terbatas membuat mereka harus tidur berhimpit-himpitan, bahkan bergantian.
- Siapa saja yang tinggal?
- 1 anak.
- 8 cucu.
- 3 cicit.
Kondisi sempit ini membuat mereka tidak memiliki ruang pribadi, dengan luas yang hanya sekitar 1 meter persegi per orang jika diukur tanpa perabotan. Dalam keseharian, Nenek Hasna kerap tidur di teras rumah, sementara cucu-cucunya tidur di lantai beralas tikar.
3. Rumah Berada di Kawasan Kumuh Padat Penduduk
Rumah Nenek Hasna terletak di gang sempit di Kelurahan Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Daerah ini dikenal sebagai kawasan permukiman padat dengan infrastruktur yang minim. Lokasi ini mencerminkan kondisi masyarakat perkotaan dengan keterbatasan akses ruang dan fasilitas.
Meski begitu, kawasan ini tetap menjadi tempat tinggal utama bagi banyak keluarga yang bertahan hidup dengan penghasilan harian rendah.
4. Kehidupan yang Penuh Perjuangan
Sebagai seorang pengumpul botol bekas, Nenek Hasna hanya menghasilkan sekitar Rp15 ribu per hari, jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dalam kesehariannya, ia harus mengatur pengeluaran seminimal mungkin untuk makanan dan kebutuhan lain.
Kisah ini mencerminkan betapa kerasnya kehidupan sebagian masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan besar seperti Jakarta, di mana tekanan ekonomi terus meningkat.
Kondisi Rumah dan Kesehatan Penghuninya
Ruangan yang sempit dan tidak memadai memengaruhi kesehatan fisik dan mental penghuninya. Beberapa masalah yang dihadapi, antara lain:
- Ventilasi dan Pencahayaan yang Buruk
Rumah yang padat sering kali memiliki ventilasi yang minim, sehingga meningkatkan risiko penyakit pernapasan. - Tidur yang Tidak Nyaman
Banyak anggota keluarga yang harus tidur di lantai tanpa alas yang memadai, menyebabkan ketidaknyamanan dan kelelahan kronis. - Kebersihan yang Sulit Terjaga
Dengan jumlah penghuni yang banyak dan ruang yang terbatas, menjaga kebersihan rumah menjadi tantangan besar.
Respons Masyarakat dan Viral di Media Sosial
Setelah video tentang kondisi rumah Nenek Hasna viral di media sosial, banyak warganet yang memberikan komentar simpati dan doa. Beberapa orang juga mengusulkan penggalangan dana untuk membantu memperbaiki kondisi rumah dan kehidupan Nenek Hasna sekeluarga.
Kisah ini menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya solidaritas sosial dan perhatian terhadap sesama, khususnya mereka yang tinggal di bawah garis kemiskinan.
Harapan dan Solusi untuk Kehidupan Lebih Baik
- Bantuan Renovasi Rumah
Bantuan renovasi dari pemerintah atau organisasi sosial dapat membantu meningkatkan kualitas hidup keluarga Nenek Hasna. - Pelatihan dan Pemberdayaan Ekonomi
Memberikan pelatihan keterampilan kepada anggota keluarga yang masih muda dapat membantu mereka mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. - Dukungan Masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam bentuk donasi atau bantuan logistik dapat meringankan beban keluarga Nenek Hasna.
Kesimpulan
Kisah rumah Nenek Hasna adalah potret nyata kehidupan masyarakat di kawasan permukiman kumuh Jakarta yang penuh dengan perjuangan. Meski menghadapi keterbatasan ruang dan ekonomi, keluarga ini tetap bertahan dengan segala keterbatasannya. Semoga melalui perhatian publik, bantuan dapat segera hadir untuk memperbaiki kehidupan mereka. Kisah ini juga mengingatkan kita untuk lebih peduli kepada sesama yang membutuhkan.